Mengungkap Keunikan Desa Apung dan Harmoni Hidup di Atas Air
Desa Apung merupakan pemukiman yang dibangun di atas perairan, yang biasanya berupa danau, sungai, atau wilayah pesisir laut. Permukiman ini terdiri dari rumah-rumah yang dirancang menggunakan tiang dengan bahan seperti bambu, drum plastik, dan pelampung untuk memungkinkan bangunan tetap stabil. Konsep menghuni dengan cara mengapung merupakan salah satu solusi untuk mendekatkan masyarakat desa dengan tempat kerjanya seperti nelayan. Selain itu, beberapa desa terapung juga sudah ada sejak zaman nenek moyang masyarakat desa. Salah satu Desa Apung di Indonesia yaitu Desa Terapung di Kabupaten Buton Tengah dan Desa Kaki Air di Maluku.
Keunikan Desa Apung tidak hanya terletak pada kondisi rumahnya, melainkan kehidupan masyarakat desa yang terintegrasi dengan air. Pemandangan tersebut dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin merasakan suasana pedesaan yang berbeda dari desa pada umumnya. Selain itu, Desa Apung juga menawarkan pengalaman langsung berinteraksi dengan masyarakat setempat yang bergantung pada sektor perikanan, budidaya ikan, atau bahkan pertanian air. Wisatawan dapat menikmati aktivitas wisata menggunakan perahu untuk mengelilingi desa, memancing ikan langsung di atas perairan, menikmati kuliner lokal, serta membeli kerajinan tangan lokal. Di sisi lain, keindahan alam bawah laut seperti terumbu karang dan ikan hias dapat menjadi tujuan utama wisatawan berkunjung di Desa Apung. Potensi ekonomi dari pariwisata di Desa Apung sangat besar, karena tidak hanya meningkatkan perekonomian masyarakat, tetapi juga mempromosikan keberlanjutan budaya dan lingkungan khas di daerah perairan.
Terlepas dari potensi pariwisata yang ada, Desa Apung menghadapi berbagai tantangan seperti perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan urbanisasi. Kenaikan permukaan air dan sedimentasi menjadi ancaman yang dapat merusak ekosistem perairan. Selain itu, kurangnya tanggung jawab dan kemampuan sumber daya manusia (SDM) dalam mengembangkan wisata menjadi salah satu faktor penghambat dalam pengembangan. Infrastruktur pada Desa Apung juga masih terbatas yang menjadi kendala lainnya. Dalam pengembangan wisata Desa Apung perlu adanya kerja sama antar masyarakat, pemerintah desa, dan dinas terkait sehingga potensi dapat dikembangkan secara maksimal.
Salah satu contoh Desa Apung adalah Desa Kaki Air di Maluku yang menawarkan keunikan serta potensi pengembangan pariwisata berbasis budaya dan lingkungan. Desa Kaki Air adalah desa wisata yang terletak di muara Sungai Waeapo, dengan sekitar 90% permukimannya berada di atas air. Mayoritas masyarakat berasal dari suku Bugis, serta beberapa dari suku Jawa, Buton, dan Ambon, yang telah bermukim sejak tahun 1940-an. Desa ini mulai dirintis sebagai destinasi wisata pada tahun 2020, dengan keunggulan alam seperti hutan mangrove dan kekayaan kuliner hasil laut. Selain itu, Desa Wisata Kaki Air juga pernah masuk dalam 300 Besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 dan masuk dalam kategori desa berkembang oleh Kemenparekraf.
Desa Apung di Indonesia menawarkan keunikan arsitektur dan kehidupan masyarakat pesisir yang dapat menjadi destinasi wisata. Selain itu, desa-desa tersebut juga memiliki potensi ekonomi melalui pengembangan pariwisata berbasis lingkungan. Namun, pengembangan tersebut tidak mudah dan menghadapi berbagai tantangan seperti alam, infrastruktur, serta sumber daya manusia. Oleh karena itu, diperlukan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan dinas untuk memaksimalkan potensi wisata Desa Apung secara berkelanjutan untuk menjaga keseimbangan pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Nokia Aprodita Sari | Tim Riset dan Data
Muhamad Farhan Ardiansyah | Admin Editor
SUMBER ARTIKEL
Agustiani, S., Dharma, A. S., & Gunade, D. T. (2024). OPTIMALISASI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DI RUMAH TERAPUNG DI DESA BANYU HIRANG KECAMATAN AMUNTAI SELATAN KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA. Jurnal MSDM Manajemen Sumber Daya Manusia, 1(3), 678-687.
Beddu, S. (2017). Arsitektur Rumah Berpanggung terapung yang “sustainable” di lahan berair. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia, 6(2), 85-88.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2023). https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/wisma_terapung
Lailatufa, I., Widodo, J., & Zulianto, M. (2019). Strategi Pengembangan Objek Wisata Rumah Apung Bangsring Underwater Di Kecamatan Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 13(1).
Marsela, M., Jamiludin, J., & Hak, P. (2022). Perkembangan Sosial Masyarakat Bajo Di Desa Bhontu-Bhontu Kecamatan Towea Kabupaten Muna (1921-2020). Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO, 7(1), 42-51